Beranda » Opini » Potret Masyarakat yang Santun
Jumat, 27 November 2020 - 08:59:00 WIB
Potret Masyarakat yang Santun
Diposting oleh :
MelayuToday.com
Kategori:
Opini
- Dibaca:
76 kali

Potret Masyarakat Yang Santun
Oleh DR Masud HMN*)
Diantara warisan lama yang berharga dalam kekerabatan adalah masyrakat santun, sopan lemah lembut dan penuh tegur sapa. Ini dikemas dalam bentuk ungkapan Melayu rantau nan alui Parahu loju ( daerah nan elok dan sampan melaju )
Bertolak dari ungkapan Rantau Alui perahu loju, adalah pharasa dari komunitas Melayu yang ideal dari satu masyarakat atau komunitas berbasis tradisi. Makna etimologis ungkapan Rantau alui bisa diabtraksikan dengan wilayah,komunitas yang elok, santun penuh tegur sapa berkemajuan.
Sementara makna ungkapan parahu laju metafornya adalah masyrakat yang dinamis, dan berkemajuan. Masyrakat yang bergerak dalam idea kreatif. Yang berorientasi pencerahan dan kesejahteraan.
Gabungan dua penggal ungkapan itu Secara kontekstual konsep tradisi itu pernah ada dimasa lalu. Pada masyrakat Melayu awal. Dimana suasana masyrakat saling menyapa, bekerjasama berat sama dipikul ringan sama dijinjing, Menarik sekali.
Sayangnya tradisi itu kini telah berubah Sudah berbeda jauh Antara panggang dengan api, Antara harapan dan kenyataan.
Hal ini memperlihatkan masyarkat masa kini dalam suasana paradox atau bertentangan. Mengingat masyarakat sekarang menjelma dalam bentuk masyarakat yang keras, tiada santun, tiada kelembutan. Bahkan muncul komunitas ganas , brutal . Fenomena masyrakat yang sakit Femomena yang merisaukan
Tentu saja seharusnya tidak demikian. Ini artinya ada paradox dengan konsep dengan rantau aluih, elok, yang mestinya tidak terjadi dan harus kita perbaiki, Tugas kita yaitu mencari Solusi mengobati masyrakat yang sakit.
Profesor Sumantri Prapto Kusumo (alm). mantan Sekjen Menteri Sosial RI mengatakan masyrakat Indonesia menjelma menjadi kepribadian berbentuk menyesuaikan kemauan pasar. Ia menyebut dengan istilah market personality.. Satu kepribadian bebas dengan tradisi kemauan pasar. Yang mudah yang menguntungkan semata.
Kepribadian nilai rendah
Sumantri Pratokusumo yang juga guru Besar Etika sosial dari Universitas Padjadjajaran Bandung itu menilai gejala itu merupakan gejala masyrakat yang tidak sehat. Demikian Sumantri Praptokusumo ( Market personality,Melayu Pos12/.8/2018).
Sejalan dengan pendapat Prof Sumantri, Syamsudin Datuk Rajo Melayu, seorang tokoh adat dikampung kami, Kuantan dalam satu pertemuan bulan May,2020 dengan penulis berpendapat bahwa terjadi satu paradoks adat usally ( prinsip)dengan adat terjoly (pragmatis) dari perubahan zaman yang keluar dari tradisi adat yang usally. menjelma menjadi tradisi terrjolly berbasis market (pasar) Katanya, Adat yang usally adalah tetap,baku berbasis pada keluhuran budi, santun, serta kebenaran, Tidak lekang karena panas dan lapuk karena hujan,
Tradisi adat usally berseberangan dengan tradisi terjolly pasar, yang cenderung pragmatis, mudah berubah sesuai dengan berselaras kemauan pasar.Komunitas pasar terbiasa dengan paragmatis, abaikan nilai, tradisi dan sebagainya Demikian Syamsuddin Datuk Rajo Melayu kampung Serosah, Kuantan Singingi, Riau.
Nampaknya ini gejala yang terus eksis pada komunitas pada umumnya termasuk masyrakat Melayu kini,Pertanyaannya apa yang bisa dilakukan, Kita coba memberi jawaban menghadapi keadaan ini seperti berikut
Pertama , dijawab dengan pola pendidikan yang berbasis akhlak, Perilaku harus dididikkan lebih serius pada pendidikan kita.Penddikan harus menjadikan santun, peduli dengan orang lain, orang baik adalah orang banyak berbuat kebaikan untuk banyak orang,
Kedua, jawabannya adalah dengan pembangunan ekonomi. Membangun manusia kerja, betangging jawab. Dengasn kerja, kita berubah dari kemiskinan. Bila kita keluar dari kemiskinan ekonomi, ktia dapat membangun banyak bidang,
Dengan dua pokok soal di atas, yakni dengan akhlak kita berubah menjadi peduli, santun, Selanjutnya dkeluar dari kemiskinan kita akan punya kesempatan menjadi mandiiri dalam hidup. Tanpa di kendalikan oleh pasar, oleh kepribadian yang tidak sesuai,
Sebagai penutup ungkapan rantau alui dan parahu laju, sebagai ideal dari masyarkat berbudi luhur santun dan peduli akan sesama serta dinamis berkemajuan, seyogyanya menjadi konsep tradisi yang mencerahkan, Yaitu menjadi solusi tradisi yang mengedukasi masyarakat kita yang berkemajuan Terbentuknya masyarakat bernilai tinggi peduli pada sesama. Semoga.
Jakarta 14 Nopember 2020,
*) DR Masud HMN adalah Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta
BERITA TERKAIT