Beranda » Opini » Pulau Pinang dan Selangor Medan Laga Pilihan Malaysia Raya 14
Oleh Dr. Mas ud HMN*)
Akhir-akhir ini isu pertaruhan politik jelang Pilihan Raya Malaysia ke 14 (PRU 14) meningkat. Terutama dua Negara bagian Pulau pinang dan Selangor. Mengingat dua wilayah Negara bagian ini sekarang berada diluar hegemony politik mayority Barisan Nasional (BN) yang berkuasa. Maka Pulau pinang dan Selangor akan jadi medan laga Pilihan Raya Malaysia ke 14 yang akan datang.
Pada hitungan atau kalkulasi politiknya Pulau Pinang dan Selangor menjadi penting. Setidaknya dengan alasan yaitu Pulau Pinang potensial secara ekonomi dan populasi, sementara Selangor penting karena berada pada kawasan Kuala Lumpur sebagai Pusat Pemerintahan Kerajaan. Karena itu maka dua negara bagian itu diperebutkan. Bagi partai DAP (Democratic Action Party) dari kalangan Etnis Cina, ingin tetap lanjut dalam kuasanya di negeri Pulau Pinang ini, yang sejak beberapa periode masa berada dalam gengaman kekuasaanya.
Untuk Negara bagian Selangor juga demikian, yakni keinginan dari Partai Keadilan dibawah Datin Azizah Ismail kelompok penyokong Datuk Anwar Ibrahim menguasai Selangor untuk dua periode masa hingga kini dan selanjutnya.
Seperti yang diriliis oleh Utusan Online, media yang menjadi bagian dari BN bertarikh 23 Februari 2018 hal itu terlihat amat jelas. Pihak BN amat berpikir serius, manakala PRU 14 dimulai salah satu azam dari party gabungan suku yang dimotori kalangan etnis Melayu itu harus merubah peta wilayah merebut Pulau Pinang dan Selangor menjadi wilayah kuasa BN seperti wilayah lainnya.
Kalau demikian kondisinya, artinya Pembangkang dan BN sedang bersiteru. Kaum Pembangkang ingin tetap eksis di Pulau Pinang dan Selangor, sementara BN ingin merebutnya dari tangan pembangkang, apa yang akan terjadi dimasa dekat?
Membuat tanggapan pada pokok perkara ini, baik juga kita tinjau lebih dahulu kondisi yang menyertai dua pihak yang sedang bersiteru ini. Lalu, untuk bagian lainnya dapat pula kita mereview politik riil Malaysia kini secara umum
Pihak pembangkang ini terdiri dari kelompok penguasa secara politik riil di Pulau pinang dan Sekangor.Khusus untuk kondisi Pulau Pinang dapat kita buat catatan berikut.
Pertama, Partai DAP memang dominan mendapat suara dari kalangan rakyat bawah secara akar umbi (grass root), Faktanya selama ini partai DAP tetap berjaya di Pulau Pinang. Mungkin lantaran basis sokongan masyrakat berasal etnis Cina yang loyalis.
Kedua, Ketua Menteri Pulau Pinang Lim Guan Eng juga popular. Figur ini seolah-olah tak tergoyahkan secara politik. Meskipun tidak sepi dari serangan pihak lawannya seperti tuduhan rasuah terhadap Lim Guan Eng. Namun dapat lolos dari tuduhan tersebut. Dapat dikatakan sosok Lim Guan Eng kredibel.
Bagaimana dengan kondisi Selangor dengan kendali Partai Keadilan.?
Secara umum kekuasaan partai Keadilan (PRU 13) di bawah Datin Azizah Ismail (isteri Anwar Ibrahim) berbeda dengan Puau Pinang. Sepertinya masih terlihat kelemahan. Misalnya dengan dijatuhkannya Khalid Ibrahim dari Menteri Besar Selangor, dengan pengganti Datin Wan Azizah Ismail namun tidak berhasil. Alasan Kerajaan tidak menyetujui wanita jadi Menteri Besar beralasan syariah hukum Islam. Maka gagallah Partai menentukan prinsipnya secara independen. Meski gantinya juga berasal dari Partai Keadilan.
Ini artinya Partai Keadilan meski leading di Selangor, tapi kandas dalam menentukan Menteri Besar yang menjadi haknya. Bermakna juga tampuk politik tidak sepenuhnya ditangan partai pemenang suara pilihan raya di Selangor.
Kemudian muncul soalan apa dan bagaimana dua pembangkang selanjutnya dalam menghadapi kekuatan BN, inilah poin utama persoalan pilihan raya (PRU14) yang akan datang. Apa konsep kebersamaan partai pembangkang, entah di Pulau Pinang entah di Selangor.
Ada catatan berkaitan hal ini. Yaitu munculnya pengumuman Dr Mahathir Muhammad (Dr M) membentuk partai Pribumi. Lalu menawarkan koalisi bersama dengan DAP, Partai Keadilan. Yang intinya jika koalisi ini berjaya maka mereka akan menyusun siapa yang menjadi Perdana Menteri.
Gagasan ini amat relevan dan DAP menerima dengan antusias. Bagi Dr M partai yang berkuasa kini yaitu BN terlalu amat berkuasa sehingga perilaku pemimpinnya cenderung corrupt. Karena itu harus diganti dengan kekuasaan yang baru dengan merubah susunan pemerintahan yang lebih bersifat kerakyatan.
Harapan dari kelompok pembangkang plus DR M dengan partai Pribuminya adalah menewaskan BN kemudian membentuk pemerintah yang baru. Hasilnya apa harus kita tunggu.
Dari perspektif pembangkang bersatu, para analis banyak berpendapat pesimis, alias tidak akan tercapai. Argumen yang diajukan karena DR M yang memimpin koalisi bersama, tidak clear, tidak diperoleh kesepakatan. Apa lagi dalam usianya yang 95 tahun DR M sering berubah-ubah.
Dalam pandangan tersebut saya juga berpendapat sama. Pembangkang tidak mungkin dapat membentuk satu formula seia-sekata alias pembangkang bersatu. Banyak faktor penghalang, entah etnis, entah siapa figur, dan konsep politik.
Dalam pandangan saya yang dapat terjadi adalah masing-masing pembangkang memperkuat posisi masing-masing. Di Pulau Pinang Partai DAP dengan polanya sendiri, di Selangor, Lembah Pantai Partai Keadilan dengan strateginya sendiri juga, dan DR M dengan politiknya sendiri.
Perspektif kita bukan pada ego partainya, namun lebih kepada bagaimana mayoritas rakyat yang berbasis Melayu memperoleh posisi yang lebih menguntungkan, Entah secara ekonomi, politik, kemajuan agama dan pendidikan.Yang pasti telah dinampakkan oleh PM Dato Najib Razak dalam karya pentakbiran masa pemerintahannya.
Akhirnya, dalam hal ini tentu masih sangat diperlukan satu pandangan fokus satu azam bersama rumpun Melayu yang berlandaskan Serumpun bak serei dan setangkai bak sirih. Semoga !
Jakarta 24 February 2018
*) Dr Mas ud HMN adalah Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta
Foto Ilustrasi: salam-online.com